Kalau Penghuni Rumah Pohon Belajar Bersama…

“Hai kalian! Sudah belajar sampai mana?” Sapa Cicak pada si Kodok dan Kancil. “Hehe, belum sampai mana-mana, Cak. Baru ngerjain soal doang.” Jawab kancil cengengesan. “Baru selesai ujian teknologi herbal, Cak? Lama amat!” Protes Kodok. “Haha, ya iya lah, soalnya aja banyak banget, dosennya dua, sih. Biasa, Pak Mencit sama Bu Penyu…” Keluh Cicak. Yah, gini deh kalo ambil peminatan kuliah beda-beda. Jadwal semua geng penghuni rumah pohon jadi beda-beda juga pastinya. “Ok deh, tungguin gue dong belajarnya. Gue mau ganti baju dulu.” Ujar Cicak. “Siippp..” sahut Kodok dan Kancil.

Tak berapa lama kemudian, si Cicak ikut nimbrung belajar di kamar Kodok. Teman mereka yang lain – bukan penghuni rumah pohon – si Tupai, sudah duduk manis sambil belajar di sana. Mereka belajar teori sendiri-sendiri, sambil menunggu 1 teman lain yang bukan penghuni rumah pohon, si Ular. Meski peminatan udah beda –tapi tetap satu jua – tapi tetap saja mata kuliah wajib masih banyak, sekaligus menakutkan tentunya. Kalau gak lulus bisa berabe, sih. Hari ini mereka belajar mata kuliah ‘aliran panas hutan’ yang isinya hitung-hitungan semua. Waktu menunjukkan pukul 15.00 WHT (Waktu Hutan Tropis). Mengingat besoknya ujian jam 8 pagi tapi mereka baru belajar sedikit sekali, pasti lah ujung-ujungnya mereka jadi binatang malam. Gawatnya, meski si Cicak dan Tupai binatang siang-malam, tapi justru mereka lah yang paling tidak kuat begadang. Paling banter jam 12-1 malam mereka sudah harus pergi ke alam mimpi.

“Ah, mana sih si Ular? Katanya mau datang sekitar jam 4 sore. Sekarang udah jam 4 belum datang juga dia!” Si Kodok naik darah, memecah kesunyian. “Aduh, lo kayak gak tau si Ular aja deh,” Si Kancil geleng-geleng kepala, “Bilang jam 4 sih datengnya pasti jam 6 tuh. Ya sekarang SMS lah, suruh dia cepetan ke sini.” Si Kodok lalu meraih handphone barunya yang canggih, dan mengetik SMS dengan gaya aristokrat. Si Kancil dan si Cicak tersenyum geli melihatnya. Sepuluh menit kemudian, handphone Kodok berdering tanda SMS masuk, bunyi musik boyband kesukaan mereka. Heboh sekali, sampai-sampai si Tupai malah ikut nyanyi. “Ya ampunnnn!!! Si Ular baru bangun! Ketiduran katanya! Udah kenyang tidur lah dia! Mana tadi malam dia chatting sama Badak!” Histeris si Kodok. “Hahaha, maklum lah, pasangan baru. Ngiri ya? Ngiri?” Goda Si Kancil. “Ya ngiri lah!” Semprot si Kodok berterus terang. “Terus dia mau ke sini jam berapa, Dok?” Tanya si Cicak. “Katanya jam 7. Dia mau belajar sendiri dulu juga,” Jawab si Kodok, “palingan jam 8 lah dia ke sini. Mandinya kan lama, badan dia kan panjang.” Si Tupai yang dari tadi diam saja jadi tertawa meringis mendengar lawakan si Kodok. “Ah, gue ngantuk. Gue tidur dulu ya. Si Ular belum datang ini…” kata si Kancil sambil merebahkan diri di lantai kamar si Kodok, malas melanjutkan belajarnya sampai si Ular datang. Si Ular memang yang paling ditunggu-tunggu karena dia lah yang paling mahir dalam mata kuliah jenis ini. Kawan-kawannya ini menyebutnya ‘Malaikat Fisika Hutan’.

Pukul 6 sore, waktunya si Cicak mandi dan waktunya si Kancil, si Kodok, dan si Tupai mencari makan. Si Cicak yang sudah lebih dulu mandi lupa menitip makanan ke teman-temannya itu. Alhasil dia mencari alternatif lain : nitip makanan ke si Ular. Sepulangnya dari mencari makanan, Si Kodok meminta maaf ke Cicak, “Cak, sorry ya tadi kita beli makan duluan. Sekarang lo beli makan dulu, gih”. Si Cicak yang agak kecewa karena dilupakan menjawab,”Gak apa-apa. Gue udah nitip sama si Ular kok.” Si Kancil menyeruak,”Hah? Nitip ke Ular? Itu sih lo bisa mati kelaparan duluan, Cak. Si Ular kan datengnya lama.” Si Tupai yang asyik menguyah roti selai kacang favoritnya mengangguk-angguk tanda setuju dengan si Kancil, “Ya berdo’a saja biar si Ular cepat datangnya.” Tambah si Tupai. Lalu mereka pun makan lebih dulu, sedangkan si Kancil melanjutkan belajar. “Eh teman-teman, gue mau makannya sambil nonton gak apa-apa ya?” Si Kodok minta izin. “Iya, gak apa-apa kok.” Jawab teman-temannya serempak. Si Kodok paling suka nonton sinetron, dia menganggap sinetron juga bisa romantis. Si Kancil ketawa-ketawa saja nontonnya, dia anggap akting pemainnya lucu-lucu dan tak wajar. Si Tupai malah bengong-bengong  tapi sesekali mengkritik sinetronnya dengan frontal. Si Cicak tetap anteng belajar sambil melirik-lirik ke layar kaca, penasaran sinetron seperti apa yang sedang ditonton teman-temannya.

Jam 8 malam, setelah nonton sinetron, makan, dan mandi, semua melanjutkan belajarnya. Duk duk duk,bunyi ketukan di pintu kamar si Kodok, keras dan menyebalkan. “Iya, masuk!” Perintah si Kodok. Si Ular akhirnya menyembul masuk kamar. “Eh, kalau ngetuk pintu jangan gitu dong, Ular. Berisik tau!” Si Kodok memarahi Ular dengan juteknya. “Iya, maaf. Hehehe.” Jawab Ular cengar-cengir. “Eh, mana makanan gue, Ular?” Tagih si Cicak. ”Eh iya. Nih.” Si Ular menyodorkan makanan pada Cicak. “Thanks, ya.” Sahut si Cicak, yang kemudian makan dengan lahapnya. “Eh, lo mau nginep di sini, Ular? Gue sih gak nginep. Gak bawa baju ganti.” Tanya si Tupai pada si Ular. “Ya enggak lah, tar gue telat ujiannya kalo nginep. Lagian gue belum ngerjain tugas Nanoteknologi Hasil Hutan.” Jawab Si Ular. Sementara si Ular dan Cicak makan, ketiga teman lainnya melanjutkan belajar sambil sesekali bertanya ke Ular atau Cicak kalau ada materi yang tidak mereka mengerti. Makin lama lah si Ular makan, dia paling terkenal lambat makannya, apalagi kalau diajak ngobrol.

Mereka belajar dengan giat dan cepat, tentu saja, hingga waktu menunjukkan pukul 10 malam. Pada jam ini pintu rumah pohon akan ditutup oleh pengelolanya, Pak Biawak. “Hah, udah jam 10!” Teriak Kodok histeris. “Eh iya, ya ampun, gue pulang ya,” Kata si Ular panik membereskan barang-barangnya. Sedangkan si Tupai sudah siap untuk pulang. “Thanks ya semua, kita pulang dulu.” Ujar si Ular sambil melambaikan tangannya dengan mode terburu-buru. Si Tupai berpamitan pulang dengan santai,”Pulang dulu yaa…”. Ketiga penghuni rumah pohon menyahutnya,”yoo..sama-sama. Hati-hati ya di  jalan…”

Dan tinggallah Kancil, Cicak, dan Kodok melanjutkan belajarnya. Si Cicak asyik membuat rangkuman dengan tinta bunga warna-warni. Sedangkan Kancil dan Kodok kompak mengerjakan soal-soal hitungan, dan si Cicak sesekali ikut mengerjakannya juga. Jam 12 malam, si Cicak sudah menguap berkali-kali dan pamit untuk tidur. Si Kodok dan Kancil masih bersemangat mengerjakan soal sambil lebih sering diselingi candaan dengan tawa yang menggelegar. Biar pun mereka berisik, si Cicak tetap saja bisa tidur dengan tenang di kamarnya, di seberang kamar Kodok.

Lalu, apakah mereka semua akan sukses dalam ujian dengan persiapan yang kurang dari 24 jam ini? Tunggu episode 2 seri ujian di Fabel My Zoo…

Leave a comment