1

Let’s Read Aloud! Yuk, Buat Anak Ketagihan Membaca!

“Ibu, bacakan! Bacakan!”, seru anak lelaki saya seraya membawa buku dengan tokoh bus kesayangannya. Di usianya yang sekitar 20 bulan itu, dia sudah bisa menagih ayah dan ibunya untuk membacakan buku dan punya buku favorit. Pun banyak orang yang bilang anak saya yang baru berulang tahun ke-2 ini cerewet. Ia sudah bisa menyusun hingga 6 kata dalam 1 kalimat. Banyak juga kosakata yang jarang didengar sehari-hari yang keluar dari mulutnya. Akhirnya orang-orang penasaran, dari mana anak saya tahu kata-kata itu? Saya jawab, anak saya tahu kata-kata itu dari buku atau bacaan. Kemudian mereka heran, memangnya anak bayi bisa baca? Malah ada juga yang berpikir, kok boros sekali masih bayi dibelikan buku? Melalui tulisan ini, saya akan berbagi cara saya menumbuhkan minat baca anak dengan mudah, menyenangkan, dan ekonomis:

1. Membacakan buku pada anak sedini mungkin secara rutin

Punya bayi atau malah masih janin dalan kandungan? Atau punya anak-anak yang sudah besar, usia belasan tahun? Nah, bacakan mereka cerita, yuk! Ya, mau mereka belum bisa atau sudah bisa membaca, semua orang (termasuk kita, orang dewasa) pasti suka dibacakan cerita. Saat Ahnaf baru lahir pun sepertinya dia senang sekali dibacakan buku. Saat sudah bersuara, dia seperti menanggapi dengan bersuara “hao..hao..”. Masya Allah, lucu sekali kalau diingat-ingat.

Cara membacakan buku ini mudah sekali. Kita tinggal buka buku, koran, majalah, buku digital (e-book), dan lain-lain lalu bacakan kepada mereka. Cara ini belakangan populer disebut “membacakan nyaring” atau dalam Bahasa Inggris disebut read aloud.

Membacakan nyaring terbukti mudah dan efektif dalam meningkatkan minat baca anak, karena cara ini adalah aktivitas membaca menyenangkan. Kesenangan tersebut tercipta dari interaksi yang menyenangkan antara orang tua/pengasuh sebagai yang membacakan dan anak sebagai yang dibacakan. Jadi, menurut saya agak mubadzir kalau kita membelikan anak banyak buku tapi tidak pernah kita bacakan nyaring. Seperti saat saya kecil dulu, saya punya banyak buku tapi tidak pernah dibacakan nyaring oleh orang tua, membuat saya hanya sedikit membaca.

Ayah Ahnaf membacakan nyaring cerita berjudul Senangnya Membantu Ibu karya Dian A. Dewi (booklet dicetak dari situs Let’s Read)

Agar anak sampai ketagihan membaca, tentu ada syaratnya. Yaitu:

  • Konsisten

Kita harus membacakan nyaring secara rutin. Bu Roosie Setiawan, pakar membacakan nyaring Indonesia, merekomendasikan setidaknya kita membacakan buku setiap hari sekitar 10 – 15 menit. Konsisten ini ternyata penting. Saya pernah beberapa pekan sempat absen membacakan buku kepada anak saya. Akibatnya, minat membaca anak turun drastis dan kami perlu membacakan nyaring setiap hari selama beberapa pekan hingga anak kembali menyukai aktivitas membaca. Jadi, kalau kita sangat sibuk lalu hanya 10 menit per hari untuk anak, ditambah bingung mau main apa dengan anak, yuk bacakan nyaring saja!

  • Membaca menyenangkan

Manusia suka dengan hal yang menyenangkan. Jadi, kita harus membuat membaca sebagai aktivitas yang menyenangkan. Membacakan nyaring bisa dengan intonasi, mengubah-ubah suara dan ekspresi sesuai tokoh dan jalan cerita, sambil bernyanyi, dan hal lain yang menyenangkan. Saya pun membacakan nyaring sembari tertawa dengan anak, peluk-peluk atau gelitik anak, akting heboh saat jadi tokoh cerita, dan lain-lain. Lalu, jangan terlalu santai seperti orang loyo, atau terlalu serius seperti menugaskan anak membuat resensi buku seperti tugas sekolah.

  • Orang tua perlu persiapan sebelum membacakan nyaring

Layaknya berperang, membacakan nyaring juga perlu persiapan. Tapi, persiapannya tidak sulit juga kok. Kita perlu mempersiapkan bahan bacaan dan membaca bahan bacaan itu sebelum kita bacakan pada anak. Dengan membaca bahan bacaan sebelum disuguhkan ke anak, kita bisa mempersiapkan intonasi, suara, dan ekspresi seperti apa saat membacakannya kepada anak nanti.

2. Menjadi teladan dan belajar tentang membacakan nyaring

Anak melihat, anak melakukan. Ya, anak biasanya jadi senang membaca kalau melihat orang tuanya senang membaca, atau minimal merasakan bahwa orang tuanya senang membacakan buku untuknya. Belajar membacakan nyaring juga membuat saya semakin semangat membacakan nyaring untuk anak. Karena saya jadi tahu langkah yang benar, hingga tahu bagaimana mengatasi tantangan saat membacakan nyaring. Ada dua buku yang saya rekomendasikan untuk belajar membacakan nyaring, yaitu The Read Aloud Handbook karya Jim Trealease dan Membacakan Nyaring karya Roosie Setiawan.

Buku The Read Aloud Handbook karya Jim Trealease (kiri) dan Membacakan Nyaring karya Roosie Setiawan (kanan)

Selain membaca kedua buku tersebut, saya juga mengikuti pelatihan membacakan nyaring. Tapi, jika kita tidak punya waktu untuk belajar lebih jauh tentang membacakan nyaring, kita bisa mencontoh cara membacakan nyaring yang sudah banyak dilakukan orang melalui media sosial seperti Youtube. Saat butuh teman untuk saling menyemangati membacakan nyaring, saya juga mengikuti media sosial serta kegiatan yang diadakan komunitas membacakan nyaring di kota saya. Anda pun juga bisa mencari komunitas membacakan nyaring di kota Anda karena sudah banyak tersebar di seluruh Indonesia.

3. Memiliki akses bahan bacaan (dengan hemat)

Berapa jumlah minimal bahan bacaan cetak yang dimiliki anak? Jim Trelease mengatakan dalam bukunya, The Read Aloud Handbook, kita cukup memiliki selusin buku. Lalu, letakkanlah di tempat yang mudah dijangkau dan terlihat oleh anak. Hal ini dimaksudkan sebagai wadah imajinasi anak ketika ia membutuhkannya.

Tapi, saat kita sudah ketagihan membaca nyaring, biasanya kita jadi suka belanja buku. Belanja buku memang kami adakan alokasinya dalam keuangan keluarga. Tapi, kadang alokasinya kurang cukup karena anak kami cepat bosan dan membutuhkan cerita baru setiap 2-3 pekan. Berikut beberapa siasat saya:

a. Mengajak anak wisata ke perpustakaan atau taman baca

Jika kita sama sekali kurang mampu memiliki beberapa buku, kita bisa membawa anak ke perpustakaan atau taman baca terdekat. Sebelum ada pandemi COVID-19, saya sering mengajak anak ke perpustakaan atau taman baca yang tersedia di RPTRA kelurahan kami. Meski seringnya ia hanya eksplorasi ruangan dan membolak-balik beberapa buku, tapi satu-dua cerita berhasil saya bacakan untuknya. Ia pun senang bisa bertemu beberapa teman. Semoga pandemi COVID-19 ini segera berakhir agar kami bisa menikmati kebersamaan ke perpustakaan daerah/nasional atau taman baca.

Mengunjungi Perpustakaan Nasional di tahun 2019

b. Membeli buku bekas atau menyewa buku

Membeli buku bekas atau menyewa buku memang hemat. Membeli buku bekas pun harus hati-hati dan teliti apakah benar-benar masih layak dibaca atau tidak. Menyewa buku adalah jalan yang lebih hemat, tetapi lebih was-was karena saya khawatir tidak bisa menjaga bukunya karena anak saya masih batita yang belum bisa menjaga kondisi buku dengan baik. Jadi, kami hanya pernah sesekali membeli buku bekas.

c. Membaca buku digital melalui Let’s Read

Cara terakhir ini adalah cara saya yang paling pamungkas. Mudah, hemat, dan tanpa was-was. Caranya adalah membaca buku digital (e-book) yang resmi (bukan bajakan) dan gratis. Saya memperolehnya melalui aplikasi android dan situs Let’s Read sejak tahun lalu. Banyak keunggulan yang membuat saya sangat menyukai Let’s Read:

  • Cerita berkualitas dalam berbagai bahasa

Cerita-cerita yang ada di Let’s Read sangat bervariasi dan dekat dengan kehidupan anak. Ilustrasinya pun bagus dan kualitas cerita terjaga oleh editor buku anak profesional. Selain dalam bahasa Indonesia, kita bisa mendapatkan cerita dalam bahasa daerah (seperti bahasa Sunda, Jawa, dan Minang) dan bahasa asing (bahasa Inggris, Arab, Tagalog, dsb.). Anak saya suka cerita yang diterjemahkan ke bahasa Jawa berjudul Kipas Angin Raksasa karya Iem Tithseiha dan Pisey Chan. Ia tertawa-tawa saat ada kosakata Jawa yang menurut dia lucu atau saat saya membacanya dengan aksen medhok khas Jawa. Menyenangkan sekali.

Selain itu, cerita-cerita yang disuguhkan Let’s Read juga banyak memiliki pesan moral. Saya merasa hal ini sangat membantu orang tua menanamkan nilai-nilai kebaikan dengan cara yang menyenangkan, tanpa menasehati anak secara berlebihan.

Tampilan aplikasi Let’s Read
  • Cerita dapat dipilih berdasarkan tema dan kemampuan bahasa anak

Kita bisa memilih cerita berdasarkan tema, misalnya tema sains, pemecahan masalah, kesehatan, dsb. Cerita tentang virus COVID-19 pun ada di Let’s Read, yang berjudul Covibook, karya Manuela Molina. Cerita juga dapat dipilih berdasarkan kemampuan baca anak. Jadi, ada tingkatan atau level bacaan anak. Misalnya, anaknya sudah bisa memahami cerita dengan 2 kalimat pendek dalam satu halaman, kita bisa memilih cerita level 2. Menurut saya, sesekali kita juga bisa memilih cerita yang levelnya setingkat di atas kemampuan anak untuk meningkatkan kemampuan baca dan pemahaman anak. Dengan Let’s Read, saya dan anak banyak belajar kosakata yang jarang dipakai sehari-hari. Saya saja baru tahu kata “tukik” yang artinya anak penyu dari cerita berjudul Mau Dibawa ke Mana? karya Intan Tri Istanti dan Vannia Rizky Santoso.

Salah satu cerita dalam aplikasi Let’s Read, berjudul Mau Dibawa ke Mana? karya Intan Tri Istanti dan Vannia Rizky Santoso
  • Akses yang mudah dan dapat dicetak menjadi booklet

Saat ada kuota internet atau dalam jaringan (daring), kita bisa mengunduh cerita-cerita di Let’s Read untuk dibacakan saat offline atau saat di luar jaringan (luring). Untuk orang tua yang berprinsip tidak memaparkan buku digital atau layar gawai pada anaknya, cerita yang telah diunduh di laman situs Let’s Read dapat dicetak sendiri dengan printer. Tentu dengan syarat untuk keperluan pribadi, sekolah, atau taman baca, bukan untuk tujuan komersial.

Jadi, tunggu apa lagi? Yuk segera unduh aplikasi Let’s Read di gawai Anda atau kunjungi situs Let’s Read dan mulailah membacakan nyaring bersama anak!