Mulai dari Sebuah Titik (0,0)

Beberapa tahun belakangan, saya membiarkan hidup saya menggenang. Bukan seperti frasa let it flow, seperti yang sudah-sudah saya lakukan sebelumnya. Meski sudah pasti di akhir hidup nanti keinginan bermuara di surga Allah SWT bersama orang-orang tercinta selalu ada.

Kalau dulu saat kecil, saya selalu bersemangat karena ada materi yang dikejar, seperti ingin masuk sekolah/universitas favorit, ingin menang lomba, ingin kerja dengan baik dan halal, dan sebagainya. Tapi sekarang, saya ibu rumah tangga biasa dengan rutinitas biasa saja, yang itu-itu saja.

Ingin rasanya menyalakan jiwa ini hingga kembali membara. Tapi yang ada saya bingung harus mulai dari mana.

Alhamdulillah, qadarullah di akhir September 2019 ini saya mendapat inspirasi dari sebuah kelas. Kelas yang mampu memercikkan kembali api semangat dalam diri saya, menginspirasi bahwa saya harus mulai dari sebuah titik (0,0). Kelas tersebut bertajuk Journaling – Defining a Vision and Honoring a Process for a Self-fulfilling Life. Kelas diskusi yang diisi oleh Nadya Saib (Founder Wangsa Jelita) dan Puty Puar (blogger, content creator, ilustrator) ini menggugah saya bahwa kita harus mengenal diri sendiri atau punya self-awareness dan agar punya tujuan hidup, serta menghargai sekecil apa pun perkembangan (atau bahkan kegagalan) dalam proses mencapai tujuan tersebut.

Kelas Keren nan Menginspirasi! Terima kasih Wangsa Jelita x Puty!
Tentu mengenal diri sendiri ini dan membangkitkan self-awareness ini adalah langkah pertama, sehingga saya menyebutnya mulai dari titik koordinat (0,0), yaitu dari diri sendiri. Self-awareness ini mengajak kita untuk berdialog dengan diri sendiri (self check-in), atau kontemplasi kalau bahasa kerennya. Misalnya, dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri dengan pertanyaan “apakah saya inginkan dan apakah saya benar-benar menginginkannya?” atau “bagaimana kondisi emosi saya hari ini?”, kita akan tahu kondisi kita yang sebenarnya. Yang seru, di kelas ini kami mencoba menjawab pertanyaan tentang berbagai aspek hidup kita dengan bantuan wheel of life (Gambar 1) sebagai salah satu panduan self check-in. Caranya, misal di aspek keuangan, kita menanyakan pada diri sendiri apakah kita sudah puas dengan keadaan keuangan sekarang? Apakah kita sudah mengatur keuangan dengan baik? Dan sebagainya. Kemudian kita beri titik di salah satu angka dari 1 sampai 10 dengan indikator 1 menunjukkan sangat tidak puas dan 10 adalah sangat puas sehingga tidak perlu ditingkakan lagi. Setelah semua kita nilai, kita hubungkan tiap titik dari setiap aspeknya hingga membentuk lingkaran. Jika lingkaran tersebut naik-turun di sana-sini, artinya hidup kita kurang seimbang dan ada yang perlu ditingkatkan. Jika teman-teman ingin mencoba wheel of life, bisa cari sendiri di Google ya. Nah, dengan self-check in ini, saya merasa berteman dan lebih perhatian pada diri sendiri. Pun proses ini sebenarnya sudah diajarkan juga oleh Baginda Rasulullah SAW, yaitu proses muhasabah, yang dalam pemahaman saya merupakan proses kontemplasi dengan melibatkan Sang Pencipta diri ini.

Wheel of Life

Selanjutnya, salah satu cara yang efektif untuk melakukan hal menurut Nadya dan Puty ini adalah dengan menulis jurnal atau journaling. Dengan menulis jurnal tentang diri sendiri dan apa yang kita lakukan (serta dampaknya pada lingkungan/orang sekitar kita), kita akan “sadar” tentang apa pun yang kita lakukan di hari tersebut dan memiliki catatan penting tentang perkembangan diri dan tujuan kita. Pertanyaan-pertanyaan self check-in di atas bisa juga ditulis di jurnal.

Saya pun sampai sekarang masih belajar dan (sejujurnya) tertatih dalam menulis jurnal ini. Padahal kata Mbak Puty, kalau kosong beberapa hari ya harus lanjutkan lagi menulis jurnalnya. Kita harus merasa butuh menulis jurnal. Ibarat kita butuh menyikat gigi, ya kalau malam ini ketiduran dan tidak sikat gigi, apa besok mau tidak sikat gigi?

Akhir kata, semoga tulisan ini bisa menjadi penyemangat dan pengingat saya di kala bosan menulis jurnal. Tak lupa semoga bermanfaat juga untuk yang membaca.

#writober #RBMIpJakarta #Ibuprofesionaljakarta #writober1 #WritoberMulai #Mulai

a moment to remember, Mbak Puty doodled my face right on the spot!

7 thoughts on “Mulai dari Sebuah Titik (0,0)

  1. 3 paragraf pertama mewakili suara hati saya sekarang ini. Semoga saya juga bisa segera menemukan “ruh” yang saya rindukan. Terimakasih sharingnya mba ❤

  2. Pingback: Writober Challenge: the Recap | Little Hikari

Leave a comment